Namaku Siti Aminah. Ya, nampaknya
ndesit, tetapi itulah nama pemberian orang tuaku. Kata emakku biar kelak aku
seperti Ibunda Kanjeng Nabi: tegar, namun sumber kasih sayang. Aku mempunyai
kakak bernama Muhammad Fatan. Sering dipanggil Fatan. Aku tak tahu mengapa
bapak memberi nama demikian. Konon kata guruku, nama itu berarti sang pembebas.
Ya, mungkin bapak sangat mengharapkan kakakku menjadi pembebas kami dari
belenggu kegetiran hidup yang tak pernah mau beringsut dari keluarga. Tetapi
aku tidak percaya itu. Selama ini bapak tak pernah mengeluh dengan kekerean
yang mendera .
Bapakku hanya bekerja serabutan. Kerjaannya tidak menetap. Ia mau
bekerja apa saja asalkan halal, katanya. Sekarang ini, bapak sedang bekerja di
proyek pembangunan yang cukup dekat dengan rumahku. Aku sangat bersyukur
mempunyai seorang bapak yang pekerja keras dan bertanggung jawab. Apapun
pekerjaan bapakku, aku sangat bangga terhadapnya. Ibuku seorang
ibu rumah tangga. Bapak tidak menngijinkan ibu untuk bekerja karena ibuku
sering sakit.
“Tan.. bangun Tan, sudah subuh. Shalat dulu “ terdengar suara
bapak sedang membangunkan kak Fatan. Ya..
Setiap hari bapak selalu membangunkan kak Fatan untuk shalat subuh. Kak Fatan
memang tidak bisa bangun
dengan sendirinya. Aku juga bingung, apasih yang ada di mimpinya sampai- sampai tidak
pernah mendengar adzan subuh. Padahal rumahku bersebelahan dengan mushola. Kita
selalu membiasakan diri untuk shalat subuh berjamaah di mushola.
Saat ini, aku duduk di bangku kelas 3 SMAN 2 Magelang. Aku
mengandalkan beasiswa untuk membayar sekolahku. Beasiswa tidak akan aku terima
apabila aku tidak di peringkat 3 besar, makanya aku selalu giat belajar. Kalau
peringkatku tidak di 3 besar lagi, aku tidak tahu mau melanjutkan sekolah
dengan uang apa. Utang bapak terlalu besar. Dan tidak mungkin terbayar dengan
waktu yang dekat.
Sementara kakakku, sudah di dropout dari Universitasnya.Ya....
Sembilan bulan yang lalu bapak dan emak menerima surat resmi dari Universitas
tempat belajar kak Fatan. Surat dropout kak Fatan, karena tidak pernah
berangkat kuliah dan tidak membayar kuliah. Bukan karena bapak dan emak tidak
membiayai uang kuliah kak Fatan. Namun, karena uang pemberian bapak dan emak
itu tidak pernah di bayarkan oleh kak Fatan. Uang pemberian bapak
dan emak digunakan untuk mentraktir teman – temannya. Mungkin karena teman kak
Fatan hampir semuanya dari kalangan atas. Dan kak Fatan selalu gengsi jika
tidak mempunyai uang.
Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran kak Fatan. Sudah
untung dia bisa kuliah, kok malah disia – siakan. Rasanya aku ingin marah sama
kak Fatan. Sekarang aku yang kena imbasnya. Uang bapak dan emak tidak cukup
untuk membiayaiku kuliah. Mereka harus membayar utang yang dulu digunakan untuk
biaya masuk kuliah kak Fatan. Padahal aku sangat berharap untuk bisa
melanjutkan sekolahku.
“Fatan tu sekarang susah diatur ya mak.” kata bapak kepada emak. “
Iya pak, semakin gede kok semakin nakal.” jawab emak. Sekarang ini bapak dan
emak memang sedang kuwalahan mengahadapi kak Fatan. Setiap hari dia hanya
tiduran di kamarnya. Kadang teman-temannya datang untuk mengajak kak Fatan
bermain. Jika kak Fatan sudah main, kak Fatan selalu lupa waktu.
Ketika aku duduk di ruang tamu, emak tiba- tiba mendekatiku. Ia
duduk disebelahku. “Ti, kapan ujiannya ?” tanya Emak dengan nada rendah. “
Tanggal 13 April mak, 2 bulan lagi.” jawabku. “Maaf ya Ti, emak dan baoak
benar- benar tidak mampu membiayai kuliah untukmu, kamu tau sendiri kan uang
bapak itu buat bayar utang untuk kuliah kak Fatan, Bapak sama Emak sudah gak
punya uang lagi buat bayar sekolah.” kata emak dengan muka bersalah. “ Gapapa
mak, nanti kalo udah lulus Siti bantu cari uang ya mak” aku menjawab sambil
menahan tangisku.
Aku termenung sendirian di kamarku yang gelap. Sengaja ku matikan lampu
kamarku agar bapak dan emak mengira kalau aku sudah tidur. Kali ini aku ingin
menyendiri. Air mataku mengalir deras ketika aku ingat kata kata emak.Aku
memikirkan nasibku jika aku tidak bisa melanjutkan sekolah. "Tidak.. Aku
harus tetap sekolah" katanya sambil memandangi wajahnya di depan cermin. “
Tapi bagaimana bisa? Aku tidak boleh menambah beban emak dan bapak.” kataku
dalam hati.
Suara adzan subuh terdengar
nyaring di telingaku. Tak terasa,semalam aku tertidur pulas dengan tangisanku. Aku bangun dari
tempat tidurku dan segera mengambil air wudlu. Seperti biasa, bapak sedang
membangunkan kak Fatan. Kemudian kami mengikuti sholat berjamaah di mushola.
***
Sepulang sekolah, ibu menyuruhku mengantarkan makanan untuk bapak.
Tadi pagi, bapak lupa membawa makanannya. Sesampainya di proyek itu, aku melihat
bapak yang sedang membawa tenggok besar yang berisi kerikil.Ia membawanya
berkali- kali. Dalam hatiku berkata “Begitu sulitnya mencari uang, bagaimana
bisa kak Fatan menghambur – hamburkan uang yang bapak cari dengan sulit itu”.
“Eh Siti.. mau nyari bapak ya ?” kata seorang laki- laki paruh
baya. Aku yang sedang memikirkan bapak, langsung kaget mendengar suara laki-
laki itu.Aku menengok ke arah suara itu. “Eh pak Basir, iya pak.” jawabku. Pak
Basir adalah teman kerja bapak. Ia mengenalku karena aku sering membawakan
makanan untuk bapak jika bapak lupa membawanya. “ Tunggu sebentar ya” katanya. “Mar..
Umar.. anakmu datang” teriaknya sambil berjalan menuju bapak. Bapak melihat pak
Basyir dan langsung menghampiriku.
Bapak menghampiriku, kulit hitamnya berceceran keringat. Wajahnya
nampak sangat lelah. “Eh Siti, taruh situ saja gapapa” kata bapakku. “Ya pak, aku
pulang dulu ya pak” jawabku. “Ya hati hati.” jawab bapak.
Di sepanjang jalan pulang, aku selalu terpikir oleh kerja keras
bapak dan seluruh utang bapak. Aku berfikir jika aku melanjutkan sekolah aku
pasti akan menambah beban pikiran bapak dan emak.Kalau aku sekolah sambil bekerja pasti uangku tetap
tidak cukup. Sepertinya memang jalan terbaik adalah kerja. Aku bisa membantu
bapak membayar utangnya. Aku tidak ingin bapak terlalu terbebani dengan
utangnya.
***
Tiga bulan berlalu, Ujian Nasional pun sudah aku lewati. Hari ini,
merupakan hati yang sangat ditunggu- tunggu, yaitu hari pengumuman kelulusan. Semua
siswa kelas 3 berkumpul di sekolah. Semua siswa bersorak- sorak ketika
diumumkan bahwa sekolah kita lulus 100%. Nampaknya, akulah orang paling bahagia.
Aku mendapat peringkat pertama.
Namun, ketika salah satu guruku bertanya “Mau lanjut sekolah
dimana Sit ? Nilai kamu bagus banget.” Aku justru bingung menjawabnya. Aku
hanya tersenyum. Emakku yang ikut ke sekolahanku, hanya tersenyum saat guruku
bertanya seperti itu. Aku tau perasaan Emak, pastilah dia sangat menyesal dan
sedih karena tidak mampu membiayaiku.
“Sudah Mak.. Gapapa, jangan sedih seperti itu. Siti ga nyesel kok
ga lanjutin sekolah.” kataku. Sebenarnya kuliah adalah cita-citaku, tapi jika
kuliah terlalu membebani orangtua ku aku tidak kuliah juga gapapa.
Sampai dirumah, bapak memberikan selamat kepadaku. Dan memberiku
nasihat agar tidak lupa bersyukur kepada Allah SWT. Kak Fatan pun memberiku
selamat.
“Ti...” kak Fatan memanggilku pelan.
“ Iya..” Jawabku sambil menoleh ke pintu kamarku.
Ternyata kak Fatan, “Tumben
saja dia mau masuk kamarku dan memanggil dengan nada pelan. Biasanya dia teriak
– teriak” kataku dalam hati.
Kak Fatan berjalan menghampiriku.
“ Ti.. kamu mau kuliah dimana ?” tanyanya.
Baru kali ini kak Fatan bertanya tentang itu kepadaku.
“Emmm.. aku mau kerja kak.” jawabku tanpa melihat ke muka kak
Fatan.
“Kerja ?” tanya kak Fatan dengan nada heran.
“Iya, kak. Bukankah utang bapak sangat banyak ? tidak mungkin aku
membebani pikiran bapak dan emak.” kataku dengan nada cetus. Memang, aku merasa
sebal saat melihat wajah kak Fatan yang selama ini hanya bisa menghabiskan uang
bapak dan emak. Bukankah seharusnya ia membantu bapak mencari uang ? Dia kan
seorang laki – laki.
“Iya aku tau itu, memang utang bapak sangat banyak dan itu semua
untuk membiayai kuliahku, aku tau kamu marah sama aku, tapi jangan kuatir Sit,
aku juga akan membantu bapak mencari uang. Aku memutuskan untuk kerja dan
membantu bapak.” kata kak Fatan dengan penuh penyesalan.
Aku kaget mendengar itu semua, nampaknya ia sekarang sudah mulai
sadar akan tingkahnya.
Malam harinya, kak Fatan memberitahukan niatnya kepada Emak dan
Bapak. Pastinya, mereka sangat bahagia. Dan keesokan harinya kak Fatan mulai
berusaha mencari pekerjaan .
Beberapa minggu kemudian,
aku mendapat sebagai pelayan restoran. Dan kak Fatan menjadi pegawai
administrasi di salah satu perusahaan kecil. Aku berencana akan meneruskan
kuliahku jika uang hasil kerjaku sudah terkumpul. Dan seluruh anggota
keluargaku menyetujuinya. Beberapa tahun kemudian, aku akan menjadi salah satu
mahasiswi di Universitas ternama di Indonesia.
Isi, imajinasi bagus, orisinal. Ya, untuk ejaan Anda perlu SINAU MANING! Terima kasih.
BalasHapus