Rabu, 18 Februari 2015

Cita - Cita yang Tertunda



Namaku Siti Aminah. Ya, nampaknya ndesit, tetapi itulah nama pemberian orang tuaku. Kata emakku biar kelak aku seperti Ibunda Kanjeng Nabi: tegar, namun sumber kasih sayang. Aku mempunyai kakak bernama Muhammad Fatan. Sering dipanggil Fatan. Aku tak tahu mengapa bapak memberi nama demikian. Konon kata guruku, nama itu berarti sang pembebas. Ya, mungkin bapak sangat mengharapkan kakakku menjadi pembebas kami dari belenggu kegetiran hidup yang tak pernah mau beringsut dari keluarga. Tetapi aku tidak percaya itu. Selama ini bapak tak pernah mengeluh dengan kekerean yang mendera .

Bapakku hanya bekerja serabutan. Kerjaannya tidak menetap. Ia mau bekerja apa saja asalkan halal, katanya. Sekarang ini, bapak sedang bekerja di proyek pembangunan yang cukup dekat dengan rumahku. Aku sangat bersyukur mempunyai seorang bapak yang pekerja keras dan bertanggung jawab. Apapun pekerjaan bapakku, aku sangat bangga terhadapnya. Ibuku seorang ibu rumah tangga. Bapak tidak menngijinkan ibu untuk bekerja karena ibuku sering sakit.

“Tan.. bangun Tan, sudah subuh. Shalat dulu “ terdengar suara bapak sedang membangunkan kak Fatan.  Ya.. Setiap hari bapak selalu membangunkan kak Fatan untuk shalat subuh. Kak Fatan memang tidak  bisa bangun dengan sendirinya. Aku juga bingung, apasih yang  ada di mimpinya sampai- sampai tidak pernah mendengar adzan subuh. Padahal rumahku bersebelahan dengan mushola. Kita selalu membiasakan diri untuk shalat subuh berjamaah di mushola.

 Saat ini, aku duduk di bangku kelas 3 SMAN 2 Magelang. Aku mengandalkan beasiswa untuk membayar sekolahku. Beasiswa tidak akan aku terima apabila aku tidak di peringkat 3 besar, makanya aku selalu giat belajar. Kalau peringkatku tidak di 3 besar lagi, aku tidak tahu mau melanjutkan sekolah dengan uang apa. Utang bapak terlalu besar. Dan tidak mungkin terbayar dengan waktu yang dekat. 

Sementara kakakku, sudah di dropout dari Universitasnya.Ya.... Sembilan bulan yang lalu bapak dan emak menerima surat resmi dari Universitas tempat belajar kak Fatan. Surat dropout kak Fatan, karena tidak pernah berangkat kuliah dan tidak membayar kuliah. Bukan karena bapak dan emak tidak membiayai uang kuliah kak Fatan. Namun, karena uang pemberian bapak dan emak itu tidak pernah di bayarkan oleh kak Fatan.Uang pemberian bapak dan emak digunakan untuk mentraktir teman – temannya. Mungkin karena teman kak Fatan hampir semuanya dari kalangan atas. Dan kak Fatan selalu gengsi jika tidak mempunyai  uang.

 Aku tidak tahu apa yang ada di pikiran kak Fatan. Sudah untung dia bisa kuliah, kok malah disia – siakan. Rasanya aku ingin marah sama kak Fatan. Sekarang aku yang kena imbasnya. Uang bapak dan emak tidak cukup untuk membiayaiku kuliah. Mereka harus membayar utang yang dulu digunakan untuk biaya masuk kuliah kak Fatan. Padahal aku sangat berharap untuk bisa melanjutkan sekolahku.


“Fatan tu sekarang susah diatur ya mak.” kata bapak kepada emak. “ Iya pak, semakin gede kok semakin nakal.” jawab emak. Sekarang ini bapak dan emak  memang sedang kuwalahan mengahadapi kak Fatan. Setiap hari dia hanya tiduran di kamarnya. Kadang teman-temannya datang untuk mengajak kak Fatan bermain. Jika kak Fatan sudah main, kak Fatan selalu lupa waktu. 

Ketika aku duduk di ruang tamu, emak tiba- tiba mendekatiku. Ia duduk disebelahku. “Ti, kapan ujiannya ?” tanya Emak dengan nada rendah. “ Tanggal 13 April mak, 2 bulan lagi.” jawabku. “Maaf ya Ti, emak dan baoak benar- benar tidak mampu membiayai kuliah untukmu, kamu tau sendiri kan uang bapak itu buat bayar utang untuk kuliah kak Fatan, Bapak sama Emak sudah gak punya uang lagi buat bayar sekolah.” kata emak dengan muka bersalah. “ Gapapa mak, nanti kalo udah lulus Siti bantu cari uang ya mak” aku menjawab sambil menahan tangisku.

Aku termenung sendirian di kamarku yang gelap. Sengaja ku matikan lampu kamarku agar bapak dan emak mengira kalau aku sudah tidur. Kali ini aku ingin menyendiri. Air mataku mengalir deras ketika aku ingat kata kata emak.Aku memikirkan nasibku jika aku tidak bisa melanjutkan sekolah. "Tidak.. Aku harus tetap sekolah" katanya sambil memandangi wajahnya di depan cermin. “ Tapi bagaimana bisa? Aku tidak boleh menambah beban emak dan bapak.” kataku dalam hati.

Suara adzan subuh  terdengar nyaring di telingaku. Tak terasa,semalam aku tertidur  pulas dengan tangisanku. Aku bangun dari tempat tidurku dan segera mengambil air wudlu. Seperti biasa, bapak sedang membangunkan kak Fatan. Kemudian kami mengikuti sholat berjamaah di mushola.
                                                          ***
Sepulang sekolah, ibu menyuruhku mengantarkan makanan untuk bapak. Tadi pagi, bapak lupa membawa makanannya. Sesampainya di proyek itu, aku melihat bapak yang sedang membawa tenggok besar yang berisi kerikil.Ia membawanya berkali- kali. Dalam hatiku berkata “Begitu sulitnya mencari uang, bagaimana bisa kak Fatan menghambur – hamburkan uang yang bapak cari dengan sulit itu”.

“Eh Siti.. mau nyari bapak ya ?” kata seorang laki- laki paruh baya. Aku yang sedang memikirkan bapak, langsung kaget mendengar suara laki- laki itu.Aku menengok ke arah suara itu. “Eh pak Basir, iya pak.” jawabku. Pak Basir adalah teman kerja bapak. Ia mengenalku karena aku sering membawakan makanan untuk bapak jika bapak lupa membawanya. “ Tunggu sebentar ya” katanya. “Mar.. Umar.. anakmu datang” teriaknya sambil berjalan menuju bapak. Bapak melihat pak Basyir dan langsung menghampiriku.

Bapak menghampiriku, kulit hitamnya berceceran keringat. Wajahnya nampak sangat lelah. “Eh Siti, taruh situ saja gapapa” kata bapakku. “Ya pak, aku pulang dulu ya pak” jawabku. “Ya hati hati.” jawab bapak.

Di sepanjang jalan pulang, aku selalu terpikir oleh kerja keras bapak dan seluruh utang bapak. Aku berfikir jika aku melanjutkan sekolah aku pasti akan menambah beban pikiran bapak dan emak.Kalau aku  sekolah sambil bekerja pasti uangku tetap tidak cukup. Sepertinya memang jalan terbaik adalah kerja. Aku bisa membantu bapak membayar utangnya. Aku tidak ingin bapak terlalu terbebani dengan utangnya.
                                                           ***
Tiga bulan berlalu, Ujian Nasional pun sudah aku lewati. Hari ini, merupakan hati yang sangat ditunggu- tunggu, yaitu hari pengumuman kelulusan. Semua siswa kelas 3 berkumpul di sekolah. Semua siswa bersorak- sorak ketika diumumkan bahwa sekolah kita lulus 100%. Nampaknya, akulah orang paling bahagia. Aku mendapat peringkat pertama.
Namun, ketika salah satu guruku bertanya “Mau lanjut sekolah dimana Sit ? Nilai kamu bagus banget.” Aku justru bingung menjawabnya. Aku hanya tersenyum. Emakku yang ikut ke sekolahanku, hanya tersenyum saat guruku bertanya seperti itu. Aku tau perasaan Emak, pastilah dia sangat menyesal dan sedih karena tidak mampu membiayaiku.

“Sudah Mak.. Gapapa, jangan sedih seperti itu. Siti ga nyesel kok ga lanjutin sekolah.” kataku. Sebenarnya kuliah adalah cita-citaku, tapi jika kuliah terlalu membebani orangtua ku aku tidak kuliah juga gapapa.

Sampai dirumah, bapak memberikan selamat kepadaku. Dan memberiku nasihat agar tidak lupa bersyukur kepada Allah SWT. Kak Fatan pun memberiku selamat.
“Ti...” kak Fatan memanggilku pelan.
“ Iya..” Jawabku sambil menoleh ke pintu kamarku.
 Ternyata kak Fatan, “Tumben saja dia mau masuk kamarku dan memanggil dengan nada pelan. Biasanya dia teriak – teriak” kataku dalam hati.
Kak Fatan berjalan menghampiriku.
“ Ti.. kamu mau kuliah dimana ?” tanyanya.
Baru kali ini kak Fatan bertanya tentang itu kepadaku.
“Emmm.. aku mau kerja kak.” jawabku tanpa melihat ke muka kak Fatan.
“Kerja ?” tanya kak Fatan dengan nada heran.
“Iya, kak. Bukankah utang bapak sangat banyak ? tidak mungkin aku membebani pikiran bapak dan emak.” kataku dengan nada cetus. Memang, aku merasa sebal saat melihat wajah kak Fatan yang selama ini hanya bisa menghabiskan uang bapak dan emak. Bukankah seharusnya ia membantu bapak mencari uang ? Dia kan seorang laki – laki.
“Iya aku tau itu, memang utang bapak sangat banyak dan itu semua untuk membiayai kuliahku, aku tau kamu marah sama aku, tapi jangan kuatir Sit, aku juga akan membantu bapak mencari uang. Aku memutuskan untuk kerja dan membantu bapak.” kata kak Fatan dengan penuh penyesalan.
Aku kaget mendengar itu semua, nampaknya ia sekarang sudah mulai sadar akan tingkahnya.
                                     
Malam harinya, kak Fatan memberitahukan niatnya kepada Emak dan Bapak. Pastinya, mereka sangat bahagia. Dan keesokan harinya kak Fatan mulai berusaha mencari pekerjaan .

Beberapa minggu  kemudian, aku mendapat sebagai pelayan restoran. Dan kak Fatan menjadi pegawai administrasi di salah satu perusahaan kecil. Aku berencana akan meneruskan kuliahku jika uang hasil kerjaku sudah terkumpul. Dan seluruh anggota keluargaku menyetujuinya. Beberapa tahun kemudian, aku akan menjadi salah satu mahasiswi di Universitas ternama di Indonesia.

Kamis, 12 Februari 2015

Surat untuk Anakku


Kesedihan selalu menghampiriku
Air mata mengalir deras
Hati ini sakit sekali
Saat aku mengingatmu, anakku...

Aku bukanlah seorang pejabat
Yang bisa memberimu harta dan tahta
Yang ku punya hanya batu bata, bukan batu berlian
Dan hanya selembar uang ribuan, bukan jutaan uang
Aku hanya bisa memberimu cinta dan kasih sayang
Bukan sepetak tanah
Tapi ingatlah..
Akulah yang membawamu ke dunia ini

Kebahagiaan yang dulu selalu menghampiriku
Hancur begitu saja
Ketika tuntutanmu terdengar di telingaku
Sepetak tanah menjadi penyebabnya

Pantaskah kau lakukan ini kepada seorang yang kau panggil "Ibu" ?

Oh anakku..
Aku hanyalah ranting kering yang terjatuh jika terhembus angin
Harapan yang kuberikan kepadamu telah kau hancurkan
Kebahagiaan masa tua yang ku impikan tak bisa kau wujudkan

Mengapa kau begitu tega anakku ?
Bukankah aku ini Ibumu ?
Ibu yang melahirkanmu ?
Yang membesarkanmu dan berjuang untukmu ?
Memang benar..
Cinta anak kepada ibunya hanya sepanjang tongkat pramuka
Tapi Ibu tetap menyanyaimu, anakku


Keterangan :
Puisi "Surat untuk Anakku" menceritakan perasaan seorang ibu yang berumur 90 tahun. Nenek tersebut digugat anak kandungnya Rp.1 Milyar karena sengketa tanah yang ia tempati.









Rabu, 04 Februari 2015

Parafrase Puisi Tuhan Telah Menegurmu

Sekarang ini, Tuhan telah memperingatkan manusia dengan cukup sopan. Lewat perut anak- anak jalanan yang kelaparan. Untuk mencari makan, mereka harus bekerja keras.Namun, tidak banyak orang yang mau membantunnya karena rasa cintanya kepada hartanya. Mereka enggan memberikan hartanya untuk sesuap nasi.

Tuhan  juga telah menegur manusia dengan cukup sopan. Lewat suara adzan yang berkumandang ketika waktu sholat tiba. Adzan tersebut memanggil kita untuk segera melaksanakan shalat  dan mengingat kekuasaan-Nya. Tetapi, manusia tidak melaksanakan dengan segera. Mereka masih melakukan kegiatan duniawinya dan menunda ibadahnya.

Hai manusia, semakin kau melalaikan ibadahmu. Tuhan akan menegurmu dengan semakin keras. Lewat sejumlah bencana alam. Banjir di Jakarta, tanah longsor di Banjarnegara, tsunami di Aceh, dan gempa bumi di Bantul. Semilir angin berubah menjadi deru angin yang meraung kencang. Air yang mengalir jernih berubah menjadi keruh dan menggenangi pemukiman.

Rumah- rumah menjadi roboh, barang barang mewah hilang dengan mudahnya, dan  banyak nyawa yang melayang.Begitu mudahnya Tuhan menghilangakn segala aset  duniawimu. Tidaklah engkau sadari ? .Semua ini  Tuhan lakukan untuk mengingatkan manusia akan kekuasaan-Nya.

Ingatlah manusia ! Sejak dalam kandungan, engkau telah berjanji untuk selalu menyembah-Nya. Untuk selalu menomor satukan-Nya. Namun, engkau melalaikan-Nya. Engkau lebih mementingkan hal  yang bersifat sementara saja. Jangan kau lalaikan kewajibanmu. Jangan kau buat Tuhanmu murka. Kerjakanlah kewajibanmu terhadap Tuhanmu.





Kamis, 11 Desember 2014

Resensi Novel Negeri 5 Menara




A.  Identitas Novel
Negeri 5 Menara  adalah novel karya Ahmad Fuadi. Novel ini diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama di Jakarta  pada tahun 2009. Novel ini cukup tebal yaitu 423 halaman.

B.   Sinopsis
Novel Negeri 5 Menara menceritakan kehidupan 6 santri yang berasal dari daerah yang berbeda – beda. Yaitu Alif , Said, Dulmajid, Atang, Raja dan Baso. Mereka menuntut ilmu di Pondok Madani (PM) Jawa Timur.

Alif  berasal dari Maninjau, Bukittinggi. Ia adalah siswa madrasah yang sangat pintar. Ia dan teman baiknya, Randai, ingin masuk ke SMA dan melanjutkan ke ITB. Namun, Amak tidak menginginkan Alif untuk masuk ke SMA. Amaknya mengingin Alif menjadi pemuka agama seperti Buya Hamka. Sedangkan Alif ingin seperti Habibie.  Akhirnya, dengan berat hati Alif memutuskan untuk belajar  di Pondok Madani, Jawa Timur.

Awalnya, ia kaget dengan kehidupan di  pondok. Seiring berjalannya waktu ia  dapat menyesuaikan diri. Mereka selalu berkumpul di bawah menara tertinggi di PM untuk bercerita.  Terkadang said merasa gelisah saat teringat Randai yang masuk SMA. Namun, Alif  termotivasi dengan kata man jadda wajada’’.

Setelah lulus dari Pondok Madani, cita-cita mereka tercapai. Alif merantau ke Amerika Serikat . Dan ketika Alif mempunyai tugas ke London. Beberapa anggota sahibul menara bertemu setelah sekian lama berpisah.
C.   Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan Novel tersebut yaitu dapat memotivasil kita tentang cita – cita kita.Jangan mudah menyerah untuk mewujudkan cita – cita . Di novel ini kita menjadi mengetahui bahwa di pondok tidak hanya belajar agama saja. Kita juga belajar bahasa Arab, Inggris dan lain-lain.

 Kekurangan novel ini yaitu terletak pada gaya bahasa penulisan. Gaya bahasa yang digunakan tidak mudah dipahami oleh orang awam. Cerita dalam novel juga sedikit datar. Akhir ceritanya tidak begitu tuntas. Cetakan novel ini kurang menarik, dari sampul yang terlihat biasa saja. Kertas novel seharusnya tidak buram agar terlihat lebih menarik.

Unsur Intrinsik

  •                       Tema

Tema novel Negeri 5 Menara karya Ahmad  Fuadi adalah pendidikan. Kita dapat melihat latar terjadinya cerita tersebut yaitu pondok pesantren. Di pondok pesantren mereka melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari. Mereka juga mempunyai impian yang dapat mereka wujudkan dengan pendidikan mereka.
Buktinya ada pada kutipan novel “Pondok Madani memiliki sistem pendidikan 24 jam. Tujuan pendidikannya untuk menghasilkan manusia mandiri yang tangguh. Kiai kami bilang, agar menjadi rahmat bagi dunia dengan bekal ilmu umum dan ilmu agama. Saat ini ada tiga ribu murid yang tinggal di delapan asrama,” Burhan membuka tur pagi itu dengan fasih. (halaman 28)
”Tidak cukup dengan itu, entah siapa yang menyuruh, banyak diantra kami yang membawa kamus. Kalau bukan kamus cetak, kami pasti membawa buku mufradhat, buku tulis biasa yang dipotong kecil sehingga lebih tipis dan gampang dibawah kemana-mana. Murid dengan buku mufradhat ditangan gampang ditemukan sedang antri mandi, antri makan, berjalan, bahkan di antara kegiatan olahraga sekalipun.” (halaman 117)

  •      Alur / plot

Alur Novel Negeri 5 Menara adalah alur maju-mundur. Dimana penulis menceritakan kembali kehidupannya di Pondok Madani setelah ia sukses.

Buktinya dapat kita lihat pada kutipan novel berikut
“Pesan Dari Masa Silam
Washington DC, Desember 2003, jam 16.00
Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar. Aku tersenyum. Pikiranku langsung terbangun jauh ke masa lalu. Masa yang sangat kuat terpatri dalam hatiku” ( halaman 2)

“London, Desember 2003
Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington DC.  (Halaman 334)
Dulu kami melukis langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Setelah kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian kepelukan kami masing-masing.” (Halaman 339)
  •                      Tokoh dan penokohan
    Alif (tokoh utama) adalah tokoh protagonis. Alif adalah pemuda yang penuh motivasi, bakat, semangat untuk maju dan tidak kenal menyerah. Baso merupakan teman Alif yang paling rajin . Raja adalah teman Alif sesama sahibul menara.Ia adalah seorang orator yang hebat. Said adalah teman Alif sesama sahibul menara yang berasal dari Surabaya. Dulmajid adalah teman Alif. Ia seorang pembulu tangkis. Atang adalah teman Alif yang sangat mencintai seni.
    Ayah adalah sosok yang penyayang, baik hati dan pekerja keras. Ia rela menempuh jarak yang sangat jauh dari Maninjau ke Jawa Timur untuk mengantar Alif. Amak adalah sosok yang jujur, penyayang dan kokoh pada pendiriannya. Buktinya ia memberi nilai tidak pada Alif  padahal amak adalah wali kelasnya Alif sewaktu sekolah di Maninjau. Ia juga kokh pada pendiriannya ketika Alif ingin masuk ke SMA umum Amaknya tidak mengizinkan. 
    Ustad Salman adalah wali kelas Alif. Laki-laki muda bertubuh kurus bersuara lantang dan bijaksana. Tyson adalah tokoh yang tirtagonis. Ia adalah kepala pengamanan di PM. Ia akan bersifat antagonis apabila mendapati siswa PM yang melanggar. Kyai Rais merupakan kyai yang juga menjadi motivator para siswa.selalu
  •    Latar
Latar Tempat novel di Pondok Madani. Buktinya adalah kutiman novel pada halaman 211 yaitu “Pondok Madani diberkati oleh energi yang membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya membuat orang yang tidak belajar menjadi orang aneh. Karena itu cukup sulit menjadi pemalas di PM.”
Selain itu tempat kejadian juga berada di London. Buktinya adalah “London, Desember 2003, Gigiku gemeletuk. London yang berangin terasa lebih menggigil dari Washington DC.  (Halaman 334). Juga Washington DC, buktinya “Washington DC, Desember 2003, jam 16.00, Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku. Tidak jauh, tampak The Capitol, gedung parlemen Amerika Serikat yang anggun putih gading, bergaya klasik dengan tonggak-tonggak besar.” ( Halaman 2)
Latar Suasana pada novel ini adalah kerja keras,  novel ini menceritakan 6 orang sahabat yang bekerja keras untuk mewujudkan mimpi mereka.
 Latar waktu novel ini adalah masa-masa belajar di PM, saat berlibur dan saat menuai kesuksesan.
  •                         Sudut pandang

Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.
Buktinya adalah “Iseng saja, aku mendekat ke jendela kaca dan menyentuh permukaannya dengan ujung telunjuk kananku.” (halaman 2) . ”Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula.” (halaman 90). “Aku menunjuk ke langit sambil berguman “ ( halaman 336)
  •                       Amanat

Amanatnya adalah tidak putus asa dalam hidup dan dalam mencapai cita – cita. Bermanfaat bagi oranglain, bangsa dan agama.
Buktinya adalah kutipan novel “Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil” (halaman 339)

             
D.   Penutup
             Novel Negeri 5 Menara merupakan karya sastra yang sangat menarik dan sangat layak untuk dibaca. Selain itu novel ini tidak mempunyai batasan umur untuk dibaca. Novel ini cocok untuk dibaca oleh pelajar, sehingga dapat memotivasi dalam belajar dan mencapai cita cita. 

Senin, 25 Agustus 2014

Peringatan Hari Ulang Tahun RI ke-69


     


Sudah menjadi tradisi warga Ngembik Kidul RW 02, Kelurahan Kramat Selatan, Kecamatan Magelang Utara, untuk memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya. Rasa nasionalisme yang tinggi membuat suluruh warga ikut berpartisipasi.
Minggu, 17 Agustus 2014, sebagian besar warga Ngembik Kidul mengikuti jalan santai yang dilaksanakan di Lapangan RT 04 RW 02. Jalan Santai dimulai pukul 06.00 WIB. Kegiatan jalan santai  ini di buka dengan doa dipimpin oleh Ketua RW 02, Bapak Domo Suroso.
Rute jalan santai kali ini sengaja dibuat tidak terlalu jauh.Hanya mengelili lingkungan RW 02 dan RW – RW disekitarnya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi banyaknya lansia yang mengikuti jalan santai agar tidak terlalu lelah.
Panitia jalan santai menyediakan minuman dan makanan ringan untuk para pejalan santai di tengah perjalanannya. Selain minuman dan makanan ringan, panitia juga membagikan kupon berhadiah. Setiap pejalan kaki mendapatkan 2 kupon berhadiah.
Seusai jalan santai, warga kembali berkumpul di lapangan RT 04 untuk mengikuti pembagian doorprize. Doorprize yang disediakan panitia cukup menarik dan banyak jumlahnya.  Hadiah utamanya adalah sebuah smartphone. Pemenang hadiah utamanya adalah Bapak Yulianto Rahmat Gunadi.